Menjaga Bali Tetap Bersih: Tantangan dan Solusi Pengelolaan Sampah di Denpasar dan Badung

Ir. I Putu Prana Wiraatmaja, ST.,M.Si.,IPM.
Tumpukan sampah di suatu tempat di Kota Denpasar - Ir. I Putu Prana Wiraatmaja, ST.,M.Si.,IPM.

Denpasar dan Badung merupakan wilayah strategis di Bali yang menjadi pusat ekonomi dan pariwisata, menghasilkan volume sampah yang sangat tinggi setiap tahunnya. Pada 2023, Denpasar mencatat 357.984 ton sampah per tahun, sedangkan Badung mencapai 195.222 ton. Sampah ini berasal dari aktivitas rumah tangga, komersial, dan pariwisata, dengan plastik menjadi salah satu komponen terbesar yang mencemari lingkungan. Meskipun beberapa upaya telah dilakukan, seperti pengelolaan melalui TPS3R dan bank sampah, sebagian besar sampah di kedua wilayah tersebut belum terkelola secara memadai.

Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini mencakup penerapan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle), pemilahan sampah di sumber, serta pembangunan fasilitas pengolahan seperti TPST. Di kawasan wisata, penyediaan tempat sampah terpisah dan pengelolaan terpadu telah dilaksanakan. Namun, kesadaran masyarakat yang rendah terhadap pentingnya pemilahan sampah dan terbatasnya infrastruktur menjadi kendala utama. Penutupan TPA Sarbagita yang akan segera dilakukan menambah tantangan baru, mengingat sistem pengelolaan limbah terintegrasi yang belum sepenuhnya siap. Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan solusi berbasis teknologi modern seperti insinerasi, gasifikasi, dan waste-to-energy, yang mampu mengurangi volume sampah secara signifikan sambil menghasilkan energi. Teknologi ini menjadi alternatif yang penting, terutama mengingat keterbatasan lahan di wilayah perkotaan. Di sisi lain, pemerintah juga harus memperkuat kapasitas TPST yang ada dan mempercepat pembangunan fasilitas baru untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan sampah.

Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah bertanggung jawab menyediakan kebijakan strategis, infrastruktur, dan regulasi yang mendukung pengelolaan sampah ramah lingkungan. Masyarakat, sebagai penghasil sampah, perlu berperan aktif dalam memilah, mengurangi limbah plastik, dan mendukung ekonomi sirkular melalui program seperti bank sampah. Sektor swasta dapat berkontribusi dengan inovasi teknologi, investasi fasilitas modern, serta menciptakan peluang ekonomi dari pengelolaan limbah. Kesadaran masyarakat harus ditingkatkan melalui kampanye edukasi dan keterlibatan langsung dalam program lingkungan. Pengembangan sistem berbasis digital, seperti aplikasi untuk pengangkutan sampah terjadwal atau pelaporan tumpukan sampah, juga dapat meningkatkan efisiensi. Dengan sinergi ini, Denpasar dan Badung dapat menjadi contoh pengelolaan sampah berkelanjutan yang mendukung citra Bali sebagai destinasi wisata yang bersih dan ramah lingkungan.

Sebagai penutup, menjaga Bali tetap bersih memerlukan komitmen bersama. Dengan mengoptimalkan teknologi modern, memperkuat regulasi, dan meningkatkan partisipasi masyarakat, kedua wilayah ini dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Upaya berkelanjutan ini tidak hanya melestarikan ekosistem Bali tetapi juga mendukung industri pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal, sekaligus memastikan kualitas hidup yang lebih baik untuk generasi mendatang.

 

Penulis : Ir. I Putu Prana Wiraatmaja, ST.,M.Si.,IPM. Dosen Prodi Teknik Lingkungan – Fakultas Teknik dan Informatika, Universitas Pendidikan Nasional Denpasar

TERP HP-01