DENPASAR – balinusra.com | Kolaborasi antara Universitas Ngurah Rai (UNR) melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum), Institut KAPAL Perempuan dan Bali Sruti menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Masa Depan Kesetaraan Gender di Tengah Krisis”, bekerja sama dengan Institut KAPAL Perempuan dan Yayasan Bali Sruti, Kamis (18/9).
Menurut data terbaru dari Koalisi Equal Measures 2030 (EM2030 dalam Indeks Gender SDGs 2024 yang dipresentasikan, terdapat tiga krisis yaitu krisis sumber daya, krisis demokrasi dan krisis keselamatan dan keamanan. Ketiga krisis ini berdampak pada stagnasi pencapaian kesetaraan gender melalui SDGs. Jika tren saat ini terus berlanjut, tidak ada negara yang berada di jalur yang tepat untuk mencapai kesetaraan gender pada tahun 2030 bahkan seorang anak perempuan yang lahir hari ini harus menunggu hingga ulang tahunnya yang ke-97 untuk melihat dunia mencapai kesetaraan gender.
Sejalan dengan situasi tersebut, Rektor UNR, Prof. Ni Putu Tirka Widanti, M.M., M.Hum, menyatakan bahwa tema kesetaraan gender dipilih karena masih banyak permasalahan terkait isu ini baik di Bali, Indonesia, maupun global.
“Urgensi tema ini terlihat dari hasil-hasil penelitian dan pengabdian ke desa-desa yang kami lakukan. Sebagai perguruan tinggi UNR mengembangkan strategi merspons situasi ini, salah satunya adalah pembentukan Satgas TPKS dan secara khusus FISHUM memperbaharui mata kuliah baru yaitu Gender Dasar, Gender dalam Administrasi Publik dan Pembangunan Responsif Gender dan Inklusif” ujar Prof Tirka.
Sementara itu, Budhis Utami, Direktur Institut KAPAL Perempuan, menyampaikan bahwa kesetaraan gender perlu terus digaungkan terutama di tengah berbagai krisis yang sedang dihadapi dunia saat ini, dan kesetaraan gender itu sendiri juga merupakan sebuah krisis.
“Data global menunjukkan bahwa hampir 40 persen negara mengalami stagnasi dalam kesetaraan gender. Padahal pembangunan bisa disebut berhasil jika kesetaraan gender tercapai. Jika tidak, maka 50 persen penduduk dunia terabaikan,” jelas Budhis. Ia juga menambahkan, bahwa data menjadi penting dalam perencanaan pembangunan. Tanpa data gender yang akurat, maka kebijakan yang diambil hanya akan melihat separuh dari realitas yang ada.
Dekan Fishum UNR, Dr. Drs. I Wayan Astawa, SH.,MAP., menambahkan bahwa kesetaraan gender sejalan dengan nilai-nilai lokal seperti Tri Hita Karana, khususnya pada aspek hubungan antar manusia yang menjunjung tinggi keadilan.
“Di lingkungan kampus, kami berupaya mengimplementasikan prinsip ini dengan memastikan tidak ada yang termarginalkan, serta mengadopsi mata kuliah terkait gender seperti Gender Dasar dan Gender dalam Administrasi Publik,” ungkapnya.
Ia berharap, melalui seminar ini, mahasiswa dapat lebih memahami pentingnya isu gender dan perannya dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta, mereka adalah mahasiswa berbagai perguruan tinggi, Bappeda Provinsi Bali, Dinas Pendidikan kabupaten Badung, Inspektorat provinsi Bali, Layanan Publik Kota Denpasar, DP3A Kota Denpasar, Bapenda Kabupaten Badung, KPU dan Bawaslu Kabupaten Badung, LBH APIK, Anikalinden Center, Bersih-Bersih Bali, Sekolah Perempuan, jurnalis dan pemangku kepentingan lainnya.
Seminar yang dimoderatori oleh Wakil Rektor Dr. Gede Wirata, S.Sos.,SH.,MAP menghadirkan narasumber Rektor UNR Prof. Dr. Ni Putu Tirka Widanti, MM.,M.Hum topik Peran Perguruan Tinggi Untuk Pencapaian Kesetaraan Gender Melalui SDGs), Ketua Dewan Eksekutif Institut KAPAL Perempuan, Misiyah, M.Si dengan topik Krisis Kesetaraan Gender dan Justin Anthonie yang mempresentasikan Hasil Gender Indeks SDGs Hasil Global dan Indonesia.
Hadir sebagai penanggap, Ida Bagus Gede Wesnawa Punia, ST., M. Si, selaku Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi Bali, Nyoman Ayu Sukma Pramestisari, S.Sos.,M.A, Universitas Udayana dan Dr. I Gusti Ayu Andani Pertiwi, S.S.,M.Si, Yayasan Bali Sruti.