Peringati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2025, Yayasan IDEP dan Mitra Gelar Simulasi Evakuasi Mandiri di Sekolah

SDI Hamahena dan SDI Tokojaeng - Evakuasi ke titik kumpul setelah terjadi gempa
Simulasi evakuasi ke titik kumpul setelah terjadi gempa di SDI Hamahena dan SDI Tokojaeng

DENPASAR – balinusra.com | Dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025 yang jatuh pada tanggal 26 April, Yayasan IDEP bersama mitra lokal BARAKAT menggelar kegiatan simulasi evakuasi mandiri di empat sekolah yang tersebar di dua provinsi, yakni Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Simulasi bencana ini dilakukan dengan dukungan Save the Children Indonesia serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Bali dan Lembata. Mitra lain yang juga terlibat memberikan dukungan adalah PMI dan Damkar

Dengan mengusung tema nasional “Siap untuk Selamat Sejak Dini”, kegiatan yang berlangsung di dua provinsi ini berfokus pada peningkatan kapasitas kesiapsiagaan di lingkungan pendidikan, melibatkan lebih dari 220 peserta dari kalangan siswa, guru, dan fasilitator di bidang kebencanaan.

Di Bali, simulasi dilaksanakan di SMAN 1 Penebel (Tabanan) dan SMPN 3 Ubud (Gianyar) dengan fokus pada skenario bencana gempa bumi dan kebakaran. Sementara di Lembata, kegiatan dilangsungkan di SDI Hamahena dan SDI Tokojaeng dengan skenario angin kencang, salah satu bencana yang kerap melanda wilayah tersebut.

“Simulasi ini bukan sekadar latihan, tetapi bagian dari komitmen membangun budaya sadar bencana di sekolah. Anak-anak perlu tahu cara bertindak cepat dan aman saat situasi darurat terjadi,” ujar Putu Suryawan selaku Manajer Program dari Yayasan IDEP dalam keterangan tertulis yang diterima di Denpasar, Sabtu (26/4/2025).

Simulasi ini juga menjadi ajang koordinasi lintas sektor, menguji efektivitas prosedur evakuasi, dan memperkuat sinergi antara sekolah dan pemangku kepentingan lokal yang terkait seperti BPBD, PMI, dan Damkar. Belajar dari pengalaman beberapa peristiwa gempa bumi yang pernah terjadi saat sekolah sedang berlangsung, warga sekolah kerap menjadi korban. Dengan kolaborasi bersama pemangku kepentingan lokal, simulasi ini diharapkan menjadi salah satu jembatan untuk mempercepat pengurangan risiko bencana di sekolah.

Sehari sebelum simulasi, sekolah-sekolah yang terlibat diajak untuk mengikuti latihan dan gladi  resik untuk memastikan pemahaman skenario, pembagian peran, dan penentuan jalur evakuasi sesuai kondisi masing-masing sekolah.

Pada hari simulasi, yang juga dilangsungkan serentak di seluruh Indonesia, pelajar dan guru di empat sekolah diajak untuk secara mandiri merespon gempa bumi yang diikuti dengan kebakaran. Seperti yang sudah dilatih sehari sebelumnya, mereka mempraktikkan cara melindungi diri secara tepat saat gempa terjadi. Selanjutnya, mereka melakukan evakuasi mandiri menuju titik kumpul aman setelah gempa mereda.

Beberapa korban, baik luka fisik maupun mental, kemudian ditangani guru dan pelajar dengan pertolongan pertama. Untuk korban yang membutuhkan penanganan lanjutan, kepala sekolah dan guru lainnya melakukan koordinasi dengan BPBD dan PMI. Sementara itu, sejumlah guru dan pelajar yang terlatih melakukan penanganan kebakaran yang terjadi di lingkungan sekolah.

Kegiatan ini menegaskan pentingnya kesiapsiagaan sebagai bagian dari pendidikan karakter dan tanggung jawab sosial. “Kami berharap praktik baik yang terdokumentasi dapat direplikasi di sekolah-sekolah lain, sehingga ketangguhan masyarakat dapat dibangun mulai dari lingkungan terdekat anak-anak,” tambah Marselina Serly Maran selaku Manajer Program dari BARAKAT di Lembata.

Dengan semangat kolaborasi dan pembelajaran partisipatif seperti simulasi, peringatan HKBN 2025 ini diharapkan mampu menciptakan generasi yang lebih tangguh, adaptif, dan siap menghadapi berbagai risiko bencana sejak dini. *

TERP HP-01