Mendaki gunung menjadi salah satu aktivitas favorit masyarakat, terutama anak-anak muda. Selain memberikan pengalaman berbeda, pendakian juga menawarkan kesempatan menikmati keindahan alam serta udara pegunungan yang sejuk.
Di antara banyak gunung di Indonesia, Gunung Argopuro bisa menjadi pilihan menarik. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 3.088 mdpl dengan dua jalur pendakian resmi, yaitu Jalur Baderan di Kabupaten Situbondo dan Jalur Bermi di Kabupaten Probolinggo.
Pendakian Gunung Argopuro melalui lintas Baderan–Bermi biasanya membutuhkan waktu empat hari tiga malam. Sementara jalur Bermi–Bermi relatif lebih singkat, sekitar tiga hari dua malam. Kedua jalur dapat diakses dengan kendaraan roda dua maupun roda empat hingga pos jaga pendakian.
Yang menarik, pendaki yang memilih jalur lintas akan disuguhi pemandangan sabana luas dan indah, mulai dari Sabana Kecil, Sabana Besar, Sabana Cikasur, hingga Sabana Lonceng.
Dari Baderan Menuju Cikasur
Dari pos pendakian Baderan, pendaki bisa menggunakan ojek menuju Mata Air 1 dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Cara ini dapat menghemat satu hari perjalanan. Dari Mata Air 1, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Mata Air 2 selama 1–2 jam, tergantung kecepatan.
Perjalanan dari Mata Air 2 ke Sabana Kecil membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Di sini pendaki bisa beristirahat sambil menikmati pemandangan sabana setelah melewati jalur menanjak dan hutan tropis.
Dari Sabana Kecil menuju Sabana Besar, jalur relatif landai dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Lokasi ini kerap dijadikan tempat istirahat dan santap siang sebelum melanjutkan perjalanan ke Cikasur.
Jarak Sabana Besar ke Cikasur cukup dekat, hanya sekitar 1 jam melewati hamparan sabana luas dengan jalur yang landai. Secara keseluruhan, perjalanan dari Mata Air 1 hingga Cikasur memakan waktu sekitar 5–6 jam.
Di Cikasur, pendaki biasanya mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan perjalanan menuju Cisentor dan Rawa Embik. Sekitar 500 meter dari area camp Cikasur terdapat Sungai Qolbu, sumber utama air bersih bagi pendaki. Airnya jernih dan dingin, bahkan di sekitar sungai tumbuh sayuran selada air yang bisa dipetik.

Namun, ada aturan penting: sungai ini tidak boleh digunakan untuk mandi, karena airnya dipakai bersama untuk kebutuhan memasak dan minum.
Berdasarkan penuturan beberapa porter, Cikasur dulunya merupakan landasan pesawat pada masa penjajahan Belanda. Sabana Cikasur sendiri berada di ketinggian sekitar 2.200 mdpl.
Cikasur – Cisentor – Rawa Embik – Sabana Lonceng
Setelah bermalam di Cikasur, perjalanan dilanjutkan menuju Cisentor dengan waktu tempuh sekitar 2–3 jam melewati trek terjal dalam hutan tropis. Yang menarik, mulai jalur ini pendaki akan disuguhi hamparan bunga edelweiss yang tingginya bisa mencapai 1–6 meter.
Di Cisentor terdapat sungai kecil, namun kualitas airnya tidak sejernih Sungai Qolbu. Air di sini cenderung keruh dan sedikit berbau belerang, sehingga disarankan membawa bekal air dari Sungai Qolbu hingga menemukan sumber air jernih di Rawa Embik.
Selain sungai, Cisentor juga memiliki pos peristirahatan sebelum melanjutkan perjalanan ke Rawa Embik yang berjarak sekitar 2 jam. Rawa Embik berada di bawah Sabana Lonceng dan menjadi sumber air terakhir sebelum menuju puncak, selain Danau Taman Hidup.
Pendaki disarankan membawa persediaan air yang cukup untuk melanjutkan perjalanan ke Sabana Lonceng. Dari Rawa Embik menuju Sabana Lonceng ditempuh sekitar 1,5 jam melalui jalur terjal yang dikelilingi hutan dan hamparan edelweiss.
Menuju Tiga Puncak
Dari Sabana Lonceng, tiga puncak gunung dapat terlihat jelas: Puncak Argopuro, Puncak Hyang, dan Puncak Rengganis. Perjalanan menuju Puncak Argopuro hanya sekitar 30 menit. Dari sana, pendaki juga bisa sekalian ke Puncak Hyang sebelum turun kembali ke area camp. Untuk menuju Puncak Rengganis dibutuhkan waktu sekitar 20 menit.

Puncak Argopuro dan Hyang terletak di sisi barat, sementara Puncak Rengganis terpisah di sisi timur. Konon, Puncak Rengganis diyakini sebagai tempat tinggal Dewi Rengganis, putri Raja Majapahit. Hingga kini, masyarakat Jawa Timur masih mempercayai puncak ini sebagai tempat memohon berkah, terutama sebelum memulai musim tanam. Mereka berdoa agar hasil pertanian melimpah, subur, dan makmur.
Danau Taman Hidup, Ikon Argopuro
Setelah berhasil menjelajahi tiga puncak, perjalanan dilanjutkan menuju Danau Taman Hidup. Jalur ini melewati perbukitan terjal dan menurun dengan waktu tempuh sekitar 4 jam.
Sesampainya di Taman Hidup, pendaki akan disuguhi panorama danau yang sejuk, indah, dan asri. Danau ini menjadi ikon pendakian Gunung Argopuro dengan keberadaan bale-bale kayu sederhana di tepiannya.
Pendaki bisa memancing atau menjelajahi area sekitar danau. Namun, air danau cenderung keruh dan sedikit berbau, sehingga sebaiknya dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.

Perjalanan Turun
Keesokan harinya, perjalanan turun dilanjutkan menuju basecamp Bermi dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Dari Pos 4 ke Pos 3 membutuhkan sekitar 1 jam perjalanan, lalu dilanjutkan menuju basecamp. Bagi pendaki yang ingin lebih cepat, tersedia jasa ojek mulai dari Pos 3 menuju basecamp Bermi.