Bedah Buku “Seabad Relokasi Batur” Warnai Singaraja Literary Festival 2025

Seabad Relokasi Batur
Peluncuran dan bedah buku “Seabad Relokasi Batur”. di halaman depan Gedong Kirtya Singaraja

BULELENG – balinusra.com | Singaraja Literary Festival (SLF) tahun 2025 digelar selama tiga hari di Singaraja, Buleleng, Jumat (25/7/2025) hingga Minggu (28/7/2025). Salah satu kegiatannya di hari kedua adalah peluncuran dan bedah buku “Seabad Relokasi Batur”.

Peluncuran dan diskusi buku tersebut digelar di halaman depan Gedong Kirtya Singaraja. Buku yang ditulis 26 orang tersebut dibedah akademisi Institut Hindu Negeri Mpu Kuturan (IMK) Singaraja, Dr. I Wayan Juliana, S.S., M.Hum. Selain itu juga hadir perwakilan penulis yang sekaligus inisiator penulisan buku, Jero Penyarikan Duuran Batur (I K. Eriadi Ariana).

Juliana mengatakan, buku yang memiliki tebal lebih dari 300 halaman ini menulis beragam gagasan tentang Batur, sebuah desa tua di kawasan Kintamani, Bangli. Gagasan tersebut antara lain terkait dengan sisi kesejarahan dan hubungan kultural antara Batur dan desa-desa dan komunitas adat di berbagai tempat di Bali; gagasan dinamika kebudayaan Batur; lingkungan; sisi keperempuan; dan aspek ekonomi.

“Gagasan-gagasan ini dikaitkan dengan momentum 100 peristiwa pengungsian dan relokasi permukiman Desa Batur pada tahun 1926 silam,” katanya.

Melalui buku tersebut, Juliana mengaku mendapatkan beragam letupan informasi tentang Batur. Informasi-informasi tersebut penting terdokumentasi dan diwacanakan dalam dinamika kebudayaan Bali saat ini.

“Dari buku ini kita mengenal kebudayaan Batur yang khas sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat pegunungan, kesejarahan, hingga tantangan perubahan lanskap, hingga nilai dan ketahanan ekonomi ke depan,” katanya.

Perwakilan penulis, Jero Penyarikan, tidak menampik kehadiran buku tersebut sebagai karya kolektif yang berupaya merekam khazanah kebudayaan Batur. Buku tersebut diinisiasi oleh komunitas Lingkar Studi Batur yang dalam penerbitannya bekerja sama dengan Mahima Institute Indonesia.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penerbitan buku ini. Buku bersama ini adalah bentuk kepedulian dan sumbangsih kami untuk tanah Batur yang menghidupi, di samping mencoba memperingati momentum seabad peristiwa rarud (pengungsian) Batur akibat letusan Gunung Batur hingga berujung pada relokasi pusat permukiman tahun 1926,” kata dia. *

TERP HP-01