DENPASAR -balinusra.com | Ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok serius bagi warga Kota Denpasar. Hingga September 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Denpasar mencatat lonjakan kasus yang mengkhawatirkan, mencapai angka 1.238 kasus. Penyebaran kian masif, terutama saat musim pancaroba seperti saat ini, menjadikannya tantangan besar yang belum tuntas diatasi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Denpasar, I Nyoman Dana, mengungkapkan bahwa kondisi ini menuntut kewaspadaan ekstra dari seluruh lapisan masyarakat. Data Dinkes menunjukkan bahwa penyebaran tertinggi kasus DBD terkonsentrasi di 10 desa/kelurahan, yaitu Ubung Kaja, Kelurahan Sesetan, Padangsambian, Sidakarya, Pemecutan Kelod, Tegal Kerta, Pemecutan Kaja, Panjer, Sumerta Kelod, dan Padangsambian Kelod. “Sebaran kasus terparah didominasi oleh wilayah Denpasar Selatan, diikuti oleh Denpasar Barat, Denpasar Utara, dan Denpasar Timur. Pola penyebaran ini mengindikasikan bahwa fokus pencegahan harus diperkuat di daerah-daerah padat penduduk yang secara geografis rentan,” ujar Nyoman Dana, Rabu (8/10).
Menanggapi krisis ini, Pemerintah Kota Denpasar tidak tinggal diam. Berbagai upaya telah digencarkan untuk menekan laju kasus. Strategi utamanya berfokus pada peningkatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Unit-unit Puskesmas secara proaktif telah menyasar masyarakat di seluruh desa dan kelurahan untuk memberikan penyuluhan mendalam mengenai gejala DBD dan tindakan cepat yang harus diambil. Edukasi ini menjadi kunci dalam meningkatkan kesadaran dini dan respons cepat warga.
Selain KIE, Pemkot Denpasar juga mengimplementasikan sejumlah intervensi fisik dan lingkungan. Program-program seperti Gerakan Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Gerakan Larvasidasi dilaksanakan secara masif. Ditambah lagi, dilakukan Fogging fokus sesuai indikasi dan Fogging massal menggunakan ULV di area-area berisiko tinggi. Namun, yang tak kalah penting adalah Optimalisasi peran Jumantik Mandiri (Juru Pemantau Jentik Mandiri), dimana setiap individu didorong untuk memantau jentik nyamuk di rumah tangga masing-masing, menjadikan PSN sebagai gerakan kolektif.
Nyoman Dana menegaskan bahwa semua upaya pemerintah tidak akan berjalan maksimal tanpa partisipasi aktif dari warga. Peningkatan kasus DBD tak dapat ditangani secara tuntas hanya oleh pemerintah, dibutuhkan kesadaran kolektif. Untuk itu, ia mengajak seluruh masyarakat Denpasar untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara disiplin. “Momentum musim peralihan ini harus dijadikan alarm bagi kita semua. Dengan kesadaran bersama dalam menjaga kebersihan, membasmi sarang nyamuk, dan melaporkan kasus secara dini, diharapkan penularan DBD di Kota Denpasar dapat ditekan secara signifikan. Sudah saatnya warga Denpasar bersatu melawan DBD,” pungkasnya. Baiq