BANDUNG – balinusra.com | Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) sukses menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III pada 16–17 Juli 2025 di Hotel Pullman, Bandung. Mengusung tema “Transformasi dan Paradigma Baru PTS: Lompatan Menuju Indonesia Emas”, kegiatan ini menjadi momen strategis untuk memperkuat peran Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dalam menghadapi tantangan zaman dan menuju sistem pendidikan tinggi yang lebih setara dan berdaya saing.
Rakernas ini diikuti lebih dari 500 peserta dari 38 provinsi dan membahas berbagai isu krusial, mulai dari digitalisasi pendidikan, kolaborasi antar-PTS, hingga urgensi penyamaan kebijakan dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Ketua ABPPTSI Jawa Barat, Dr. Ricky Agusiady, menegaskan perlunya keadilan regulasi dalam ekosistem pendidikan tinggi. Ia menilai banyak PTS yang telah membuktikan kualitas sejajar dengan PTN, namun masih menghadapi tantangan kebijakan.
“Sudah waktunya PTS tidak lagi menjadi korban diskriminasi. Masyarakat perlu sadar, kontribusi PTS dalam mencetak SDM unggul sangat besar,” ujar Ricky dalam sesi pembukaan Rakernas.
Deklarasi Bandung: Sinergi untuk Indonesia Maju
Rakernas resmi ditutup pada Kamis, 17 Juli 2025 dengan menghasilkan Deklarasi Bandung, sebuah komitmen kuat untuk memajukan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) melalui kolaborasi, akreditasi, dan sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan.
“PTS menyumbang 70 persen dari total kehadiran pendidikan tinggi. Kita dorong semua stakeholder masyarakat, pembuat kebijakan, dan pemerintah daerah untuk bersinergi,” kata Ricky dalam sesi penutupan.
Rakernas juga menyoroti pentingnya internasionalisasi PTS melalui kerja sama dengan Dongseo University, Korea Selatan. Kolaborasi ini mencakup program pertukaran pelajar dan dosen, riset bersama, hingga peluang kerja di luar negeri.
“Kita ingin PTS tak kalah global dari PTN. Kerja sama ini mencakup pertukaran pelajar, dosen, riset bersama, hingga tawaran kerja di luar negeri,” jelas Ricky.
Antusiasme dan Kolaborasi
Ricky mengapresiasi antusiasme peserta selama dua hari kegiatan, termasuk dalam sesi kunjungan ke PT Dirgantara Indonesia dan tur edukatif keliling Kota Bandung dengan bus Bandros.
“Alhamdulillah, tujuan kita untuk menyatukan semangat gondewa keluar api terbukti. Peserta tetap semangat dari awal sampai akhir karena manajemen waktu yang disiplin,” ungkapnya kepada Forum Wartawan Pendidikan Jabar.
Dikonfirmasi secara terpisah, peserta dari Perkumpulan Pendidikan Nasional (Perdiknas) Denpasar Dr.AAN Eddy Supriyadinata Gorda, mengatakan bahwa isu kesetaraan antara PTS dan PTN bukan hanya relevan, tetapi juga mendesak untuk segera diimplementasikan.
Ia menyebut, pelajaran penting bisa diambil dari PTS besar seperti Unikom dan Binus, terutama dalam hal pengelolaan institusi yang transparan dan terukur. “PTS di Bali perlu mulai memperkuat kapasitas internal, membangun sistem manajemen yang akuntabel, dan mengedepankan inovasi,” ujarnya.
Ia juga menilai perubahan orientasi terhadap akreditasi sebagai proses berkelanjutan, bukan sekadar tujuan administratif, merupakan kemajuan besar dalam cara pandang PTS. “Akreditasi yang baik adalah hasil dari proses perbaikan kualitas yang menyeluruh, bukan target semata,” tambahnya.
Tak hanya itu, ia mendorong PTS di Bali untuk lebih berani mengembangkan unit bisnis berbasis potensi lokal seperti pariwisata, ekonomi kreatif, dan teknologi, guna memperkuat keberlanjutan finansial dan memberi pengalaman industri bagi mahasiswa. Menanggapi isu fasilitas fisik, ia mengutip pernyataan Ketua ABPPTSI Pusat Prof. Dr. Thomas Suyatno yang menekankan pentingnya platform digital dan adaptasi terhadap kebijakan MBKM.
“Promosi digital yang dilakukan kampus seperti Binus juga patut dicontoh. PTS di Bali perlu memanfaatkan teknologi untuk memperluas akses dan meningkatkan visibilitas di mata calon mahasiswa maupun dunia industri,” pungkasnya. *